5 Amalan Saat Gerhana Bulan dan Matahari Terjadi

Amalan Saat Gerhana – Setiap umat muslim harus mengetahui amalam apa saja yang sebaiknya dilakukan saat gerhana tiba. Bagi Anda yang belum tahu jika gerhana ini adalah sebuah benda yang ada di angkasa yang bergerak kedalam bayangan benda angkasa lainnya.

Gerhana yang terjadi dibumi adalah gerhana bulan dan gerhana matahari. Dikutip dari NU Online, jika gerhana ini merupakan salah satu tanda dari kebesaran Allah SWT.

Setiap umat muslim yang mengetahui akan terjadi gerhana memang dianjurkan untuk melaksanakan sholat sunnah kusuf, baik saat gerhana matahari atau gerhana bulan.

Hal tersebut sudah tertuang dalam sebuah hadist yang memiliki arti sebagai berikut:

“Sungguh, gerhana matahari dan bulan tidak terjadi sebab mati atau hidupnya seseorang, tetapi itu merupakan salah satu tanda kebesaran Allah ta’ala. Karenanya, bila kalian melihat gerhana matahari dan gerhana bulan, bangkit dan shalatlah kalian,”(HR Bukhari-Muslim).

Jadi saat melihat gerhana matahari, umat muslim ini dianjurkan untuk melakukan ibadah sholat sunnah dan melakukan beberapa amalan lainnya.

Beberapa Amalan Saat Gerhana

Pertama :Saat gerhana tiba cobalah untuk memperbanyak melakukan takbir, istigfar, dzikir, sedekah, dan ketaatan yang lainnya. Dari ‘Aisyah, Nabi shallalahu alaihi wa salam bersabda:

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari no. 1044)

Kedua: Saat gerhana tiba cobalah untuk melakukan sholat gerhana langsung berjemaah di masjid. Hal tersebut sudah disebutkan dalam sebuah dalil didalam hadist “Aisyah bahwa saat Nabi Muhammad SAW mengendarai kendaraan kemudian terjadi gerhana di pagi hari kemudian beliau melewati kamar istrinya kemudian berdiri dan langsung melakukan sholat”. (HR. Bukhari no. 1050)

Seperti yang di katakan Ibnu Hajar ”Yang sesuai dengan ajaran Nabi shallalahu alaihi wa salam adalah mengerjakan shalat gerhana di masjid. Seandainya tidak demikian, tentu shalat tersebut lebih tepat dilaksanakan di tanah lapang agar nanti lebih mudah melihat berakhirnya gerhana.” (Fathul Bari, 4: 10)

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin juga mengatakan, ”Shalat gerhana secara jama’ah bukanlah syarat. Jika seseorang berada di rumah, dia juga boleh melaksanakan shalat gerhana di rumah. Dalil dari hal ini adalah sabda Nabi,

فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا

“Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka shalatlah”. (HR. Bukhari no. 1043)

Ketiga: Saat gerhana tiba para umat wanita boleh ikut melaksanakan sholat gerhana dengan pria. Hal ini di ungkapkan Asma` binti Abi Bakr:
أَتَيْتُ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – زَوْجَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – حِينَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ ، فَإِذَا النَّاسُ قِيَامٌ يُصَلُّونَ ، وَإِذَا هِىَ قَائِمَةٌ تُصَلِّى فَقُلْتُ مَا لِلنَّاسِ فَأَشَارَتْ بِيَدِهَا إِلَى السَّمَاءِ ، وَقَالَتْ سُبْحَانَ اللَّهِ . فَقُلْتُ آيَةٌ فَأَشَارَتْ أَىْ نَعَمْ

“Saya mendatangi Aisyah isteri Nabi saat terjadi gerhana matahari. Saat itu manusia tengah menegakkan shalat. Ketika Aisyah turut berdiri untuk melakukan sholat, saya bertanya: “Kenapa orang-orang ini?” Aisyah mengisyaratkan tangannya ke langit seraya berkata, “Subhanallah (Maha Suci Allah)”. Saya bertanya: “Tanda (gerhana)?” Aisyah lalu memberikan isyarat untuk mengatakan iya.” (HR. Bukhari no. 1053)

Keempat: Memanggil jamaah dengan panggilan ’ash sholatu jaami’ah’. Tidak boleh adzan dan iqomah. Dikatakan oleh Aisyah radhiyallahu ’anha,

وَصلَّى أربَعَ رَكَعَاتٍ في ركعَتَين وَأربعَ سَجَدَاتٍ.

“Aisyah  menuturkan bahwa pada zaman Nabi pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk memanggil jama’ah dengan: ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah). Orang-orang kemudian berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan ruku emapat kali’ dan sujud empat kali dalam dua raka’at.” (HR. Muslim no. 901) .

Kelima: Amalan terakhir adalah berkhutbah saat shalat gerhana tiba. Memang disunahkan jika selesai melakukan sholat gerhana dilanjutkan dengan berkhutbah. Hal ini berdasarkan hadist:

“Dari Aisyah, beliau menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Nabi. Lantas beliau bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri.

Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian Nabi Muhammad berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya.

Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya, beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak.

Setelah itu beliau berkhotbah di hadapan orang banyak, beliau memuji dan menyanjung Allah, kemudian bersabda,

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”

Nabi selanjutnya bersabda,

“Wahai umat Muhammad, demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah karena ada seorang hamba baik laki-laki maupun perempuan yang berzina. Wahai Umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Bukhari, no. 1044)